Polda Riau Ungkap Hasil Otopsi Jenazah Siswa SD di Inhu yang Diduga Jadi Korban Bullying

BBI. Com, PEKANBARU – Direktur Reskrimum Polda Riau, Kombes Pol Asep Dermawan memimpin konferensi pers ekspose kasus dugaan bullying siswa SD Negeri di Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Mapolda Riau, Rabu (4/5/2025).
Tampak Hadir Kapolres Inhu, AKBP Fahrian Saleh Siregar, Kasat Reskrim Polres Inhu, AKP Arthur Joshua Toreh serta Tim dokter forensik Supriyanto dan Muhammad Tegar.
Dalam memulai pemaparannya dokter Supriyanto mengungkapkan hasil autopsi, sang anak berinisial K tersebut meninggal akibat infeksi sistemik pada usus buntu.
“Berdasarkan hasil yang didapat dari fakta pemeriksaan dan fakta pendukung, bahwa pada pemeriksaan mayat, usia 8 tahun, ditemukan memar pada perut, paha, dada, dan jaringan lemak perut sebelahnya kiri. Yang diakibatkan oleh kekerasan,” ucapnya.
“Selanjutnya kami menemukan beberapa kelainan diantaranya kebocoran pada daerah usus di daerah perut sebelah kanan,” sambungnya.
Tim forensik Polda Riau menyimpulkan kematian anak akibat infeksi sistemik yang mengakibatkan infeksi yang luas pada rongga perut dari pecahanya usus buntu.
“Jadi Kami menyimpulkan sebab mati pada mayat ini adalah akibat infeksi sistemik yang diakibatkan infeksi yang luas dari rongga perut dari pecahnya usus buntu,” sebutnya.
Pihak kepolisian masih mendalami apakah luka-luka luar yang ditemukan memiliki kaitan dengan dugaan kekerasan atau insiden lain yang turut memperparah kondisi korban.
“Memang ada beberapa memar kami temukan. Namun, sejauh ini belum ditemukan penyebab pecahnya usus buntu akibat memar,” ungkap Supriyanto.
Diketahui, Dugaan kejadian bullying dari kakak kelasnya, tepatnya anak kelas V di SD N 012, Desa Buluh Rampai, Kecamatan Seberida mengakibatkan meninggalnya seorang siswa KB (8) yang duduk dibangku kelas 2 pada 26 Mei lalu.
Usai sang anak meninggal, orangtuanya pun melaporkan kasus perundungan ini ke Polsek Seberida, Polres Inhu.
Sementara itu, Kapolres Inhu, AKBP Fahrian Saleh Siregar memaparkan, penyidikan peristiwa ini dimulai setelah pihak berwenang menerima laporan bahwa seorang anak laki-laki (8 th) telah meninggal dunia.
Menurut keterangan dari kedua orang tuanya, sebelum meninggal, korban sempat mengeluh sakit dan sempat dibawa berobat ke tukang urut dan kemudian ke klinik setempat. Namun, kondisinya memburuk hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir.
“Sejauh ini kepolisian telah memeriksa sedikitnya 22 saksi, termasuk kedua orang tua korban, dua tukang urut, dua dokter, lima teman sekolah korban, kepala sekolah, serta sejumlah pihak lainnya. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menyusun rangkaian peristiwa yang menyebabkan kematian korban, ” ujar AKBP Fahrian.